Selasa, 18 Februari 2014

Contoh Drama (Mengenal dan Mendukung Bakat Anak)

Setiap anak memiliki kemampuan dan bakatnya masing-masing. Mereka berhak untuk mengembangkan setiap bakat dan kemampuannya tersebut. Dalam proses perkembangannya, terdapat anak yang dapat dengan mudah berkembang dan meningkat kemampuannya. namun ada pula anak yang berkembang secara perlahan. Oleh karena itu, anak membutuhkan peran dari orangtua dan orang-orang disekelilingnya yang mendukung.
Pada kenyataannya, tidak semua anak memperoleh dukungan dari orangtua. Ini disebabkan orangtua yang tidak mampu mengenali bakat anaknya atau memaksa anak untuk mengembangkan kemampuan lain di luar kemampuan yang dimilikinya. Dalam keadaan demikian, anak membutuhkan peran serta oranglain untuk dapat memahami dan men-support.
Berikut ini diberikan contoh salah satu permasalahan perkembangan bakat anak dalam bentuk drama.
Drama ini saya buat bersama dengan partner saya (Dettyani) dalam memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.


Narator            :
Tokoh dan karakter     :
1.      Anak   : Berbakat dalam menyanyi namun kurang dalam pelajaran berhitung
2.      Ibu       : terlalu keras dalam mendidik anaknya. Dan tidak mendukung perkembangan bakat anaknya
3.      Bapak  : sayang dan mendukung anaknya. Namun terlalu sibuk dengan pekerjaan.
4.      Guru    : Memperhatikan perkembangan setiap peserta didiknya. Sabar dan evaluative dalam mendidik.
(Di rumah, Detty membunyikan tape dan bernyanyi-nyanyi di kamarnya)
Detty   : Ku pandang langit, penuh bintang bertaburan…..
Mama  :Detty……… matikan tapenya dan segera belajar!!! Jangan sampai mama mengulang pertintah mama lagi! Ingat, kamu itu sudah kelas 6 dan mau ujian!
Detty : iya mama………..
(akhirnya detty kembali menunduk di meja belajarnya. Dengan raut muka sedih, karena merasa setiap kali baru menyalakan tape dan bernyanyi, mamanya yang mengetahui langsung meminta untuk mematikan tape dan segera belajar. Meskipun baru saja selesai belajar).
(kemudian, mamanya menengok Detty di kamarnya)
Mama  : (sambil tersenyum) nah, begitu donk nak, kamu itu harus pandai, harus bisa jadi Badan Intelligent Negara!
Detty   : kenapa harus jadi seperti itu  ma? Detty kan senang musik dan menyanyi juga. Detty ingin menjadi penyanyi yang terkenal bahkan sampai go Internasional seperti yang ibu guru ceritakan.
Mama  : Sudahlah, tidak usah menjadi seorang penyanyi. Tidak menjamin! Sekarang tidur, ingat besok ada ulangan matematika!
(Hari di sekolah, saat pembagian hasil ulangan Matematika)
Guru    : Detty…
Detty   : saya Bu (kemudian maju mengambil hasil ulangan)
Guru    : Ini hasil ulangan kamu nak (sambil menyerahkan lembar hasil ulangan)
Detty   : terimakasih Bu (menerima sambil menunduk)
Guru    : Nak, nanti sepulang sekolah, temui Ibu di Ruang Guru ya (meminta sambil tersenyum dengan ramah)
Detty   : baik Bu (kemudian kembali ke tempat duduk)
Akhirnya jam pelajaran pun usai, dan Detty menemui Bu A di ruang guru
Detty   : Assalamu’alaikum (sambil mengetuk pintu)
Guru    : Wa’alaikumsalam, mari nak masuk. Duduklah dekat Ibu.
Detty   : iya Bu… (Detty duduk di sebelah bu A)
Guru    : Nak Detty, sebentar lagi kelas 6 akan melaksanakan ujian. Untuk nilai matematika nak Detty, masih perlu untuk ditingkatkan. Tidak hanya matematika, pelajaran yang lain juga. Nak Detty harus bisa berhasil dalam ujian. Apakah ada kesulitan atau masalah?
Detty   : Sebenarnya ada Bu, Detty sudah berusaha belajar, namun terlalu sulit, karena di rumah Ibu tak mau membantu dan mendukung. Ketika detty bisa menikmati belajar sambil membunyikan musik atau sekedar bernyanyi, Ibu marah dan meminta Detty untuk diam.
Guru    : kalau memang begitu, Detty bisa belajar dengan Ibu kalau Detty  memang mau. Ibu mengerti, Detty harus bisa sukses juga di sekolah, lebih dekat Ibu yakin Detty bisa sukses di ujian nanti, seperti harapan Detty dan Ibu juga, Detty sukses di bidang seni Menyanyi yang Detty miliki.
Detty   : Terimakasih Ibu sudah mau mengerti dan membantu Detty.
Setelah Detty memperoleh nasehat dari gurunya, ia lebih semangat dalam belajar. Ketika ia tidak bisa menyanyi di rumah, ia selalu berkunjung ke rumah Gurunya. Untuk belajar materi ujian, sekaligus belajar menanyi, karena tidak diragukan lagi, bu A juga seorang guru yang menjadi guru menyanyinya. Tentunya hal ini menjadi rahasia dari mama Detty.
(Ayah Detty pulang pada malam saat Detty mempersiapkan ujian untuk besok pagi, dan ditemuinya Detty di kamarnya saat belajar sambil mendengarkan musik)
Detty : Bapak??? Assalamu’alaikum? (kaget, melihat bapaknya sudah di pintu kamar, segera menghampiri dan mencium tangan Bapaknya)
Bapak  : Wa’alaikumsalam putri Bapak yang pinter!!! Siap untuk ujian besok?
Detty   : Siap! (sambil bergaya hormat kepada bapaknya). Tapi, Bapak harus bantu Detty untuk belajar!
Bapak  : Siap komandan kecil (gaya Bapaknya tidak kalah membalas gaya anaknya yang tadi ditunjukkan kepadanya)
Tiba-tiba mama Detty menyusul ke kamar sambil menunjukkan muka tidak senang
Mama  : Detty, kalau belajar itu musik dimatikan. Bagaimana mau jadi orang sukses kalau menyanyi terus, belajar juga menyanyi, nanti belajarnya tidak beres-beres. Bapak ini juga kok membiarkan saja!
Detty   : iya mama (kata itulah yang selalu Detty ucapkan pada Ibunya)
Bapak  : sudahlah ma, terserah Detty saja..
Mama  : Bapak ini! Ya sudah, pokoknya Detty harus sukses ujian! Belajar yang rajin! (kemudian pergi ke dapur untu membuatkan minuman Bapak dan Detty melanjutkan belajarnya dengan Bapak)
Setelah merasa cukup belajar, kemudian Bapak meminta Detty untuk tidur dan istirahat.
Hari pengumuman dan pelepasan kelas 6 dihadiri oleh kepala sekolah dan guru, serta seluruh murid kelas 6 beserta orang tua.
Guru    : juara 1-3 untuk hasil ujian telah diumumkan, namun perlu bapak ibu hadirin ketahui, ada satu penghargaan lagi kepada siswi kelas 6. Anak ini tidak hanya pandai dan semangat dalam belajar, meskipun seringkali gagal dalam mengikuti latiahan ujian, namun bisa lulus dengan cukup membanggakan. Dan satu yang patut kita banggakan, siswi ini telah membuat harum nama sekolah kita dalam bidang seni suara karena telah menjadi juara sampai tingkat provinsi. Kita sambut Detty bersama dengan orangtuanya.
Orang tua Detty banyak mendapat ucapan selamat, tak terkecuali ucapan dari kepala sekolah. Mama Detty merasa selama ini telah salah karena terlalu mengekang anaknya. Akhirnya orangtua Detty sadar, dan mendukung bakat Detty, serta terus mendampingi dalam belajar.

Drama tersebut hanya salah satu contoh gambaran permasalahan yang dihadapi oleh anak dalam masa perkembangnnya. Berdasarkan gambaran tersebut, diharapkan para orangtua mampu mengenali dan mendukung bakat atau kemampuan yang dimiliki oleh anak-anaknya. Sehingga bakat dan kemampuan anak dapat berkembang optimal.

Senin, 17 Februari 2014

Ayam (juga) Takut

Ini kejadian kemarin Minggu, masih teringat-ingat terus karena saya merasa bersalah, tapi juga merasa lucu.
Jadi begini ceritanya...

Saya tinggal bareng dengan nenek saya, belakang rumah saya itu untuk tempat memelihara (ternak) unggas, seperti menthog (induk sama anak-anaknya lengkap), plus ayam. Ayam ini juga macem-macem, ada ayam lehor (alias ayam potong), ayam jawa (ini telurnya yang bisa buat jamu), anak-anak ayam (kalo ini kecil-kecil nih ayamnya, imut-imut pula), dan satu lagi saya menganggapnya ayam biasa, nenek anggapnya juga begitu. Tapi tunggu dulu, yang biasa ini justru yang bikin saya jadi merasa bersalah dan terheren-heren (maksudnya heran).

Minggu pagi waktu itu memang tidak seperti biasanya saya, karena tiba-tiba saya ingin memberi pakan ayam-ayam nenek secara langsung. Iya langsung, face to face gitu kata kerennya, ame muka ayam, hehe.
Saya sudah siap dengan pakan ayam yang memang sudah saya siapkan. Saya pun masuk kandang dengan hati-hati. Dan saya pun sampai dalam kandang (rumah ayam). Memang tidak langsung berkerumun si ayam-ayamnya, tetapi ayam-ayam tersebut mendekati makanan yang sudah saya sodorkan ke tempatnya. Saya masih berpikir biasa saja, walaupun memang sedikit merasa aneh kenapa ayam-ayamnya cuma ngeliatin saya dan hanya menatap pakan yang saya berikan.

Biasanya kalau saya melihat nenek saya yang memberikan pakan, semua ayam-ayam langsung heboh ngerumunin nenek dan langsung berebut pakan. Nah niii, cuma pada bengong. Dan menjadi sangat aneh lagi ketika saya tengok ke belakang, nenek saya sudah lagi siap-siap lari (seperti mau ikut lomba lari estafet) uups, karena uda pegang sapu segala. Ternyata satu ayam, warna item, ukuran ga besar ga kecil, mungkin kalo dikategorikan usia tanggung atau remaja, telah lari keluar kandang. Larinya ayam terbirit-birit, tunggang langgang, ngepot kanan kiri pula.

Sambil mengejar, nenek saya mengingatkan kepada saya, bahwa kalau masuk kandang ayam itu langsung tutup lagi (dan saya padahal sudah langsung menutupnya tadi, walaupun tak saya dituliskan di atas, tapi sudah saya tutp ko!). Dan nenek mengingatkan lagi, "kae pithik ora tau weruh koe nduk, ora kenal karo koe, dadi yo mlayu. Jaan, adoh mesti kie lungone". Waduuh, saya syook. betapa tidak, merasa bersalah ini. Mau ikut ngejar bantu nagkep, takut juga malah tambah jauh itu perginya ayam. Dan saya pun hanya bisa menunggu nenek yang berusaha sekuat tenaga mencari dengan lari tapi juga dengan hati-hati mengejar sang ayam tanggung itu (usia remaja ayam, hhe). Ini nii, makin tambah merasa bersalah kan jadinya, nenek pergi ngejar-ngejar ayam, saya malah cuma nunggu.

Alhasil, tidak terlalu lama nenek balik sambil menggendong sang ayam. Alhamdulillah, ayam tu balik (syukur saya, karena tu ayam tidak jadi hilang seperti pikiran buruk yang saya bayangkan). Masih merasa lucu ini, begitu ayamnya lewat samping saya (masih dalam gendongan nenek) ayam berkicau "petookk".. waduuh apa maksudnyee ini.. (batin saya). Apakah tu ayam takut pada saya?? atau sensi pada saya? hehe, ada-ada saja.

Nenekpun menasehati. Ngesuk maning ora usah wenehi pakan ning kandang yo nduk. Wong biasane koe yo mung deleh nang njobo kandang. ben Simbah sing ngewehi pakane bae. Kae pithike mung podo manut karo simbah. Karo yo wedi, tau weruh be ora. Jadi intinya, nenek berpesan memberi pakannya di luar kandang saja (seperti biasa saya kasih pakan, cuma ditaruh luar kandang), nenek saya yang memberikan pakannya di dalam kandang secara langsung.

Niat baik saya ma ayam ditolak ternyata, hehe. Tapi ini jadi pelajaran juga. Beternak ternyata ada ilmunya saudara-saudara. Selain itu juga kudu pakai hati yang tulus. Ending-nya jadi: Nenekku peternak ayam yang hebat. Buktinya, ayam keluar kandang uda langsung tau. Kalo ga ketauan nenek, repot saya. Apalagi diakui nenek itu ternyata salah satu ayam spesialnya, nah lhoo, apa ga tambah repot saya kalo ilang, hehe.
Maafkan cucumu ini ya Neneku sayang :)

Memahami Karakteristik dan Psikologis Anak

Ada apa sebenarnya dengan "Fendi, Hafid, Jundan, dan anak-anak itu?"
Pertanyaan itu seringkali muncul dalam hati saya, dan pikiran saya pun menjadi melayang kemana-mana.
Sabar... sabar, kalimat itu yang berusaha menenangkan hati saya.
Berhadapan dengan anak, ternyata bukanlah hal yang perlu dianggap biasa. Biasa dalam arti, semua anak-anak dianggap sama, yaitu sama sifatnya, sama pemikirannya, maupun sama karakternya. Anggapan tersebut harus dihindari, karena akan membuat anak tak memperoleh apa yang menjadi kebutuhannya.

Ini yang saya alami ketika saya mengajar di kelas III dan IV, kelas yang luar biasa, dan menjadi spesial karena anak-anaknya juga luar biasa terlebih ketika tertuju pada beberapa anak. Mengajar di kelas tersebut butuh persiapan ekstra agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, dan tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Sebenarnya tidak hanya di kedua kelas tersebut saya harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di kelas lain pun perlu persiapan ketika hendak mengajar tetapi tak seekstra dua kelas yang saya sebutkan tadi. Whatever, saya menyimpulkan bahwa "mengajar bukan perkara yang "gampang".

Proses pembelajaran bukan sekedar mentransfer ilmu kepada anak, memberikan materi dengan ceramah, mencatat, mendikte, anak-anak harus duduk tenang mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama. Pembelajaran bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Mengajar dan mendidik secara kasat seringkali dipahami sebagai hal yang tidak berbeda, padahal antara keduanya adalah hal yang tak sama. Mengajar boleh diartikan dengan mentransfer ilmu, berbeda dengan mendidik bukanlah hanya mentransfer ilmu atau transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Nilai itu penting. Bukan nilai angka yang dimaksud, akan tetapi nilai sikap yang akan membentuk karakter seorang anak. Guru itu mempunyai peran sangat-sangat penting bagi perkembangan dan pembentukan karakter seorang anak. Oleh karena itu, setiap anak harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhannya. Apalagi berkaitan dengan karakteristik/sikap anak yang berbeda atau bisa dikenal dengan psikologi anak.

Membahas tentang Psikologi Anak, saya sendiri juga tidak begitu menguasai. Sedikit banyak pengetahuan yang saya dapat dari bangku kuliah dan buku-buku referensi yang saya baca, khususnya tentang perbedaan individual. Bahwa anak adalah individu yang mempunyai perbedaan satu sama lain, meliputi perbedaan jenis kelamin (gender), perbedaan prestasi di kelas, perbedaan kemampuan, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.


Psikologi perbedaan individu tersebut menguji dan menjelaskan bagaimana orang-orang dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Dan karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus masing-masing siswa/anak.

Pengetahuan yang kurang terhadap karakteristik dan perkembangan psikologis anak akan meghambat proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran itu sendiri tidak tercapai, yaitu kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi.
Guru seyogiyanya bisa memahami masing-masing anak didiknya (siswa) sehingga dapat memberikan pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Mari para "Guru" kita berproses untuk pendidikan yang lebih baik ^_^ sehingga anak didik kita memperoleh hak dan kebutuhan mereka. Anak didik dapat berkembang sesuai dengan perkembangannya secara optimal.


Sabtu, 15 Februari 2014

Menulis Itu...

Bukan hal yang mudah, juga bukan hal yang yang susah. Menulis itu sebenarnya mudah, tapi sulit untuk dilakukan. Iyaa, mudah dan sulit memang hal yang berlawanan. Kalau kita tidak mengalami kesulitan, maka kita tak akan tau apa itu kemudahan, sebaliknya.
Bagi saya menulis itu suatu hal yang sulit, dan saya menyadarinya. Tau kenapa? Saya sadar bahwa menulis itu tidaklah mudah, maka dari itu saya mengupayakan berbagai cara untuk membuat menulis itu menjadi mudah.
Ada banyak alasan mengapa menulis bagi saya adalah sulit:
1. sering merasa takut kalau nantinya tulisan saya jelek (padahal kalau di laptop atau komputer tinggal ketik aja, kenapa masih takut jelek ya??) bukan itu, maksudnya kalimat yang saya tulis jelek dan tak berbobot isinya.
2. seringkali merasa tidak pede alias tidak percaya diri alias lagi minder, kalau tulisan saya dibaca oranglain, dan menurut orang lain tulisan saya jelek (uuh, lagi-lagi jelek).
3. berat banget untuk memulainya. Ini hal yang sepele tetapi bisa jadi penyakit, yaitu malas dan menunda-nunda. Mau menulis saja sudah berpikir, nanti ah, aduh jangan sekarang lah nulisnya, hmm, males banget mau buka buku atau nyalain laptop/komputer.
Tiga alasan itu mewakili keluhan saya mengapa menulis itu menjadi sebuah hal yang sulit atau susah untuk dilakukan. Saya menyadarinya, dan saya berusaha untuk tidak membuatnya menjadi sulit, caranya:
1. membaca. Baca apa saja yang manfaat, agar bisa perbanyak kosa kata. Sayangnya untuk membaca pun harus dipaksakan.
2. sharing dengan teman atau orang yang senang dengan menulis. Ini cukup memotivasi agar mau untuk menulis. Ibaratnya, orang lain saja bisa, mengapa saya tidak?!
3. memaksa diri sendiri untuk mau menulis apapun, dimanapun (asal pada tempatnya lho ya), dan kapanpun. Tulislah walaupun hanya satu paragraf, atau satu kalimat, atau bahkan cuma satu kata. ini cukup jitu untuk membuat diri menjadi semangat untuk menulis. Atau bisa di buku khusus, diary misalnya.

Tiga alasan dan tiga solusi. Mencoba untuk menghilangkan tiga masalah menulis dengan tiga solusi yang sudah ada. Ternyata bagi saya belum cukup untuk menghilagkan ketakutan dan keengganan saya pada menulis. Sebetulnya saya sangatlah suka menulis. Blog ini juga menjadi salah satu cara saya buat meng-upgrade dan memotivasi untuk menulis, apapun itu. Factually, dari awal pembuatan, sampai sekarang, belum banyak yang bisa saya tulis. Oke, dalam menulis itu harus ada semangat, dan pikiran yang positif. SAYA PASTI BISA.

Mulai menulis dengan niat yang baik, semangat, berpikir positif, percaya diri, dan InsyaAllah Bermanfaat minimal untuk diri sendiri, dan semoga bisa bermanfaat untuk orang lain.

Buat temen-temen yang senang menulis, ayo berbagai semangat dan ilmunya :).
Pengalaman itu terlalu sayang untuk dilewatkan. Pengalaman itu indah dan perlu dituliskan. pengalaman itu guru terbaik, untuk menjadikan hidup lebih baik ^_^
Semangat menulis