Rabu, 26 November 2014

Setiap Anak punya Usaha

Matanya memerah, dan tak lama kemudian ia meneteskan air mata. Perlahan, tapi kian lama kian menderas.
Seketika itu pula saya terdiam, dan hanya menatapnya penuh dengan pertanyaan dan harapan...

Harus dipahami bahwa anak memiliki kemampuan dan bakat yang tidak sama. Begitu pula kemampuan untuk memahami dan menangkap apa yang orang lain sampaikan kepada dirinya. Saya perlu benar-benar mengerti dan paham dengan hal ini.

Hari-hari pembelajaran terkadang saya rasakan begitu berat, jarum jam dindingpun saya rasakan begitu lambat singgah menuju ke angka berikutnya, sangat lama berganti menuju jam berikutnya. Alangkah buruknya hati ini, merasa enggan merangkul dan berbagi ilmu dengan anak-anak yang begitu lugu dan polos.

Guru menginginkan yang terbaik untuk setiap siswanya, berharap semua siswanya mendapatkan yang terbaik.

Mungkin seringkali hati ini terlalu menuntut kepadanya. "Kamu harus bisa. Kamu harus mampu, Mengapa hal semudah ini kamu tidak bisa. mengapa, teman-temanmu sudah mengusai kamu belum juga mengusai, padahal sudah berulang-ulang kali kamu mempelajarinya". Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya tidak terus-menerus terlontar padanya...

Sayapun mencoba mengusap air matanya, dan mengatakan padanya "jaganlah menangis, coba tersenyumlah, kamu pasti bisa Nak!"
Yaa, seharusnya kata-kata positif yang ia butuhkan, seharusnya nasihat-nasihat bijak yang ia perlukan, dan pelukan hangat yang menguatkan, kesabaran tulus yang selalu memacu semangat belajarnya.

Apapun dan bagaimanapun kondisi siswa, yang perlu guru lakukan adalah mendidik dengan ikhlas.
Karena setiap siswa adalah generasi emas untuk masa depan, generasi yang insyaallah akan lebih baik. Dan guru berperan penting dalam membentuk generasi harapan tersebut.

Semangat duhai Bapak Ibu Guru, karena masa depan putra putri generasi bangsa ini berada di tanganmu :)

Terus semangat juga untukmu ya Nak! Kamu pasti bisa! ^_^

Kamis, 06 November 2014

Makna Lagu "Padang Bulan"

Bernyanyi atau menyanyi merupakan salah satu kegiatan favorit anak-anak. Pikiran yang jenuh menjadi lebih tenang dan hati yang gundah menjadi bahagia, seolah lepas dari penat. Hal ini juga yang saya rasakan ketika bernyanyi bersama anak-anak, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Tidak hanya menyanyi saja, tetapi menjadi lebih menyenangkan lagi ketika diiringi dengan musik alami dari tepuk tangan, ketukan pensil, atau hentakan kaki, maupun musik iringan dari kaset. Sangat menggembirakan, ditambah lagi dengan tarian-tarian sederhana untuk menggerakkan badan sehingga hilang rasa kaku. Dan lebih seru lagi ketika menyanyi sambil bermain.

Hari ini anak-anak begitu semangat menyanyikan beberapa lagu, khususnya lagu dolanan (Jawa). Dan saya bangga dengan mereka yang masih mengenal dan mau menyanyikan dengan semangat meskipun beberapa liriknya terlupa. Namun semangat untuk bernyanyi dan mengenal lagu lebih dalam patut dibanggakan, karena bisa menjadi dasar wujud kecintaan mereka pada lagu-lagu daerah.

Di era modern sekarang ini, lagu dolanan kurang dikenal dengan baik oleh anak-anak. Hal ini perlu mendapat perhatian agar lagu dolanan tidak semakin luntur. Jika kita kenal lebih dalam lagi, lagu dolanan memiliki makna yang baik untuk kita ketahui. Dalam lagu dolanan terkandung nasihat bijak tentang kehidupan.

Hari ini anak-anak semangat bernyanyi Lagu "Padang Bulan"

Lirik Lagu Padang Bulan
Yo prakanca dolanan ing njaba Padhang mbulan padhangé kaya rina Rembulané kang ngawé-awé Ngélikaké aja turu soré-soré

Dalam Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai berikut:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’

Dalam lagu dolanan padang bulan tersebut terkandung makna religius (kagamaan). Maknanya ialah kita hendaknya bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.

Lagu Padang Bulan ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak lagu dolanan yang hendaknya terus kita kenalkan dan ajarkan pada anak-anak agar keberadaannya dapat terus dilestarikan. Tidak hanya sekedar untuk dinyayikan tetapi juga untuk dimaknai sebagai nasihat dalam kehidupan.

Catatanku untuk hari ini. Mengingatkanku untuk selalu bersyukur setiap waktu.
Bumi Allah yang indah menunjukkan betapa Maha Besar Allah atas segala keagungan-Nya. Udara yang bebas kita hirup menjadi bukti kasih sayang Allah yang masih memberikan kesempatan pada makhluk-Nya untuk menapaki bumi-Nya. Bulan yang bersinar di langit luas malam ini menjadi secuil dari kebesaran Allah  yang menakjubkan untuk dilihat.
Bersyukur akan membuat hati menjadi lebih tenang :)

Selasa, 04 November 2014

Malaikat Kecil

"Bu, kita mau belajar apa hari ini?, Bu, buku tulis atau buku bacaan yang harus di buka?, Bu buku temanya sudah aku baca dan sudah aku isi, gambarnya juga sudah aku warnai, ada buku lagi tidak Bu?, Bu kapan main-main lagi?"

Begitu banyak pertanyaan penuh rasa penasaran aku dengar dari siswa- siswaku. Ruang kelas 1B bergemuruh karena lontaran-lontaran pertanyaan itu. Rasanya libur satu hari di hari minggu sudah berasa tidak bertemu selama satu bulan. Hmm, baru satu langkah masuk kelas saja tangan sudah langsung disahut untuk saling berebut bersalaman. Sungguh suatu hal yang membuatku menjadi bersemangat sebagai alasan untuk tidak mengeluh.

Sudah satu tahun lebih saya mengabdikan diri mengajar di sebuah sekolah dasar negeri di kabupaten Kebumen, tepatnya di kecamatan Kutowinangun. Ya, waktu yang masih seumur jagung jika dibandingkan dengan para pengajar yang telah memiliki pengalaman mengajar bertahun-tahun.
Mulai bulan Juli 2013, setelah saya menyelesaikan sidang skripsi dan yudisium. Cita-cita yang telah saya agendakan sebelum saya lulus dari kuliah saya. Alhamdulillah, sekarang telah saya dapatkan.

Menjadi guru atau pendidik ternyata tak semudah seperti apa yang saya bayangkan. Butuh niat yang sangat tulus, panggilan hati, keikhlasan, dan kepedulian. Sampai sekarang saya masih terus mengusahakannya. Untuk tidak beralasan hanya karena soal materi ataupun kedudukan.

Seharusnya bisa mengerti, bahwa tugas guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pelajaran, berbicara panjang lebar, menyuruh, melarang, bahkan memberikan nilai 100 atau 0 untuk siswanya. Menjadi guru harus benar-benar memahami.

Seringkali sabar terselimut oleh amarah, dan ikhlas tersingkap oleh perasaan menuntut. Apalagi semangat sebentar sebentar lenyap karena rasa letih yang mendera. Betapa lemahnya niat yang seperti ini. Dan inilah yang terkadang menimpa diri saya.

Tetapi...
ada malaikat-malaikat kecil yang selalu meyadarkanku, betapa indahnya jika kita bisa tersenyum lepas. melakukan segala sesuatu dengan penuh rasa bahagia, tanpa beban, tanpa memikirkan harapan imbalan, tanpa merasakan lelah, dan tanpa rasa kecil hati.

Betapa bersalahnya saya jika sampai menyurutkan semangat belajar mereka, menghalangi antusias mereka, memendam rasa penasaran mereka, dan memupuskan cita-cita mereka. karena merekalah generasi emas yang lebih indah untuk bangsa kita.

Memang tidak selalu apa yang mereka lakukan membuat hati kita merasa gembira, kenakalan-kenakalan kecil terkadang membuat hati menjadi emosi. Tapi inilah kewajiban seorang guru, yang harus senantiasa bisa merangkul mereka, memahami apa kebutuhan mereka, dan memberikan yang terbaik sesuai apa yang mereka butuhkan. Guru bukanlah pelayan, tetapi adalah sahabat dan pembimbing yang senantiasa siswa butuhkan agar mereka dapat berkembang mulia, berilmu, santun, sehat badan serta akal budinya. Tidak mudah, namun inilah tugas guru yang memiliki peran pula sebagai orang tua.

"Bu, ko diem?? Bu guru ngelamun yaa??" suara siswaku sedikit membuat kaget.
Ternyata benar saya melamun...
Bahkan mereka selalu mengingatkan ketika saya benar-benar lelah.
"Bu guru aku mau ke kantin, bu guru mau aku belikan jajan juga tidak??" tanya salah satu siswaku saat hendak istirahat.
Mereka benar-benar peduli dengan keadaanku.
Seringkali saya merasa malu dengan diri saya sendiri.

Memang tidak semua siswa memiliki sikap yang demikian, tapi inilah peran guru untuk dapat memahami setiap karakter siswanya.
Semua memberikan pelajaran yang baik, dan harus bisa menjadikan diri lebih baik.

Terimakasih Nak, maafkan gurumu ini
(Selasa, 4 November 2014)