Ada apa sebenarnya dengan "Fendi, Hafid, Jundan, dan anak-anak itu?"
Pertanyaan itu seringkali muncul dalam hati saya, dan pikiran saya pun menjadi melayang kemana-mana.
Sabar... sabar, kalimat itu yang berusaha menenangkan hati saya.
Berhadapan dengan anak, ternyata bukanlah hal yang perlu dianggap biasa. Biasa dalam arti, semua anak-anak dianggap sama, yaitu sama sifatnya, sama pemikirannya, maupun sama karakternya. Anggapan tersebut harus dihindari, karena akan membuat anak tak memperoleh apa yang menjadi kebutuhannya.
Ini yang saya alami ketika saya mengajar di kelas III dan IV, kelas yang luar biasa, dan menjadi spesial karena anak-anaknya juga luar biasa terlebih ketika tertuju pada beberapa anak. Mengajar di kelas tersebut butuh persiapan ekstra agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, dan tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Sebenarnya tidak hanya di kedua kelas tersebut saya harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di kelas lain pun perlu persiapan ketika hendak mengajar tetapi tak seekstra dua kelas yang saya sebutkan tadi. Whatever, saya menyimpulkan bahwa "mengajar bukan perkara yang "gampang".
Proses pembelajaran bukan sekedar mentransfer ilmu kepada anak, memberikan materi dengan ceramah, mencatat, mendikte, anak-anak harus duduk tenang mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama. Pembelajaran bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Mengajar dan mendidik secara kasat seringkali dipahami sebagai hal yang tidak berbeda, padahal antara keduanya adalah hal yang tak sama. Mengajar boleh diartikan dengan mentransfer ilmu, berbeda dengan mendidik bukanlah hanya mentransfer ilmu atau transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Nilai itu penting. Bukan nilai angka yang dimaksud, akan tetapi nilai sikap yang akan membentuk karakter seorang anak. Guru itu mempunyai peran sangat-sangat penting bagi perkembangan dan pembentukan karakter seorang anak. Oleh karena itu, setiap anak harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhannya. Apalagi berkaitan dengan karakteristik/sikap anak yang berbeda atau bisa dikenal dengan psikologi anak.
Membahas tentang Psikologi Anak, saya sendiri juga tidak begitu menguasai. Sedikit banyak pengetahuan yang saya dapat dari bangku kuliah dan buku-buku referensi yang saya baca, khususnya tentang perbedaan individual. Bahwa anak adalah individu yang mempunyai perbedaan satu sama lain, meliputi perbedaan jenis kelamin (gender), perbedaan prestasi di kelas, perbedaan kemampuan, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.
Pertanyaan itu seringkali muncul dalam hati saya, dan pikiran saya pun menjadi melayang kemana-mana.
Sabar... sabar, kalimat itu yang berusaha menenangkan hati saya.
Berhadapan dengan anak, ternyata bukanlah hal yang perlu dianggap biasa. Biasa dalam arti, semua anak-anak dianggap sama, yaitu sama sifatnya, sama pemikirannya, maupun sama karakternya. Anggapan tersebut harus dihindari, karena akan membuat anak tak memperoleh apa yang menjadi kebutuhannya.
Ini yang saya alami ketika saya mengajar di kelas III dan IV, kelas yang luar biasa, dan menjadi spesial karena anak-anaknya juga luar biasa terlebih ketika tertuju pada beberapa anak. Mengajar di kelas tersebut butuh persiapan ekstra agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, dan tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Sebenarnya tidak hanya di kedua kelas tersebut saya harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di kelas lain pun perlu persiapan ketika hendak mengajar tetapi tak seekstra dua kelas yang saya sebutkan tadi. Whatever, saya menyimpulkan bahwa "mengajar bukan perkara yang "gampang".
Proses pembelajaran bukan sekedar mentransfer ilmu kepada anak, memberikan materi dengan ceramah, mencatat, mendikte, anak-anak harus duduk tenang mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama. Pembelajaran bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Mengajar dan mendidik secara kasat seringkali dipahami sebagai hal yang tidak berbeda, padahal antara keduanya adalah hal yang tak sama. Mengajar boleh diartikan dengan mentransfer ilmu, berbeda dengan mendidik bukanlah hanya mentransfer ilmu atau transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Nilai itu penting. Bukan nilai angka yang dimaksud, akan tetapi nilai sikap yang akan membentuk karakter seorang anak. Guru itu mempunyai peran sangat-sangat penting bagi perkembangan dan pembentukan karakter seorang anak. Oleh karena itu, setiap anak harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhannya. Apalagi berkaitan dengan karakteristik/sikap anak yang berbeda atau bisa dikenal dengan psikologi anak.
Membahas tentang Psikologi Anak, saya sendiri juga tidak begitu menguasai. Sedikit banyak pengetahuan yang saya dapat dari bangku kuliah dan buku-buku referensi yang saya baca, khususnya tentang perbedaan individual. Bahwa anak adalah individu yang mempunyai perbedaan satu sama lain, meliputi perbedaan jenis kelamin (gender), perbedaan prestasi di kelas, perbedaan kemampuan, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.
Psikologi perbedaan individu tersebut menguji dan menjelaskan bagaimana orang-orang dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Dan karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus masing-masing siswa/anak.
Pengetahuan yang kurang terhadap karakteristik dan perkembangan psikologis anak akan meghambat proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran itu sendiri tidak tercapai, yaitu kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi.
Guru seyogiyanya bisa memahami masing-masing anak didiknya (siswa) sehingga dapat memberikan pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mari para "Guru" kita berproses untuk pendidikan yang lebih baik ^_^ sehingga anak didik kita memperoleh hak dan kebutuhan mereka. Anak didik dapat berkembang sesuai dengan perkembangannya secara optimal.
Dan karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus masing-masing siswa/anak.
Pengetahuan yang kurang terhadap karakteristik dan perkembangan psikologis anak akan meghambat proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran itu sendiri tidak tercapai, yaitu kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi.
Guru seyogiyanya bisa memahami masing-masing anak didiknya (siswa) sehingga dapat memberikan pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mari para "Guru" kita berproses untuk pendidikan yang lebih baik ^_^ sehingga anak didik kita memperoleh hak dan kebutuhan mereka. Anak didik dapat berkembang sesuai dengan perkembangannya secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari belajar bersama. Tolong berikan komentarmu ya ^_^