Selasa, 04 November 2014

Malaikat Kecil

"Bu, kita mau belajar apa hari ini?, Bu, buku tulis atau buku bacaan yang harus di buka?, Bu buku temanya sudah aku baca dan sudah aku isi, gambarnya juga sudah aku warnai, ada buku lagi tidak Bu?, Bu kapan main-main lagi?"

Begitu banyak pertanyaan penuh rasa penasaran aku dengar dari siswa- siswaku. Ruang kelas 1B bergemuruh karena lontaran-lontaran pertanyaan itu. Rasanya libur satu hari di hari minggu sudah berasa tidak bertemu selama satu bulan. Hmm, baru satu langkah masuk kelas saja tangan sudah langsung disahut untuk saling berebut bersalaman. Sungguh suatu hal yang membuatku menjadi bersemangat sebagai alasan untuk tidak mengeluh.

Sudah satu tahun lebih saya mengabdikan diri mengajar di sebuah sekolah dasar negeri di kabupaten Kebumen, tepatnya di kecamatan Kutowinangun. Ya, waktu yang masih seumur jagung jika dibandingkan dengan para pengajar yang telah memiliki pengalaman mengajar bertahun-tahun.
Mulai bulan Juli 2013, setelah saya menyelesaikan sidang skripsi dan yudisium. Cita-cita yang telah saya agendakan sebelum saya lulus dari kuliah saya. Alhamdulillah, sekarang telah saya dapatkan.

Menjadi guru atau pendidik ternyata tak semudah seperti apa yang saya bayangkan. Butuh niat yang sangat tulus, panggilan hati, keikhlasan, dan kepedulian. Sampai sekarang saya masih terus mengusahakannya. Untuk tidak beralasan hanya karena soal materi ataupun kedudukan.

Seharusnya bisa mengerti, bahwa tugas guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pelajaran, berbicara panjang lebar, menyuruh, melarang, bahkan memberikan nilai 100 atau 0 untuk siswanya. Menjadi guru harus benar-benar memahami.

Seringkali sabar terselimut oleh amarah, dan ikhlas tersingkap oleh perasaan menuntut. Apalagi semangat sebentar sebentar lenyap karena rasa letih yang mendera. Betapa lemahnya niat yang seperti ini. Dan inilah yang terkadang menimpa diri saya.

Tetapi...
ada malaikat-malaikat kecil yang selalu meyadarkanku, betapa indahnya jika kita bisa tersenyum lepas. melakukan segala sesuatu dengan penuh rasa bahagia, tanpa beban, tanpa memikirkan harapan imbalan, tanpa merasakan lelah, dan tanpa rasa kecil hati.

Betapa bersalahnya saya jika sampai menyurutkan semangat belajar mereka, menghalangi antusias mereka, memendam rasa penasaran mereka, dan memupuskan cita-cita mereka. karena merekalah generasi emas yang lebih indah untuk bangsa kita.

Memang tidak selalu apa yang mereka lakukan membuat hati kita merasa gembira, kenakalan-kenakalan kecil terkadang membuat hati menjadi emosi. Tapi inilah kewajiban seorang guru, yang harus senantiasa bisa merangkul mereka, memahami apa kebutuhan mereka, dan memberikan yang terbaik sesuai apa yang mereka butuhkan. Guru bukanlah pelayan, tetapi adalah sahabat dan pembimbing yang senantiasa siswa butuhkan agar mereka dapat berkembang mulia, berilmu, santun, sehat badan serta akal budinya. Tidak mudah, namun inilah tugas guru yang memiliki peran pula sebagai orang tua.

"Bu, ko diem?? Bu guru ngelamun yaa??" suara siswaku sedikit membuat kaget.
Ternyata benar saya melamun...
Bahkan mereka selalu mengingatkan ketika saya benar-benar lelah.
"Bu guru aku mau ke kantin, bu guru mau aku belikan jajan juga tidak??" tanya salah satu siswaku saat hendak istirahat.
Mereka benar-benar peduli dengan keadaanku.
Seringkali saya merasa malu dengan diri saya sendiri.

Memang tidak semua siswa memiliki sikap yang demikian, tapi inilah peran guru untuk dapat memahami setiap karakter siswanya.
Semua memberikan pelajaran yang baik, dan harus bisa menjadikan diri lebih baik.

Terimakasih Nak, maafkan gurumu ini
(Selasa, 4 November 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari belajar bersama. Tolong berikan komentarmu ya ^_^